Review Second Chance Summer (bacaan santai libur akhir tahun 2019)
Second Chance Summer by Morgan Matson
My rating: 4 of 5 stars
Membaca buku ini karena salah seorang siswa saya menyarankannya sebagai bacaan liburan akhir tahun. :) it's a fun happy reading
Second Chance Summer :
Adalah Novel remaja tentang pergelutan mereka mencari jati diri. Tentang bagaimana remaja melihat kasih sayang orang tuanya kepada mereka. Bahwa dari sudut pandang orang tua sebenarnya tidak ada maksud untuk membeda-bedakan anaknya, semua diperlakukan dengan kasih sayang yang sama, akan tetapi hal ini tdk berarti bahwa persepsi orang tua sama dengan persepsi yang dirasakan sang anak.
Remaja berperasaan sensitif sehingga satu kalimat pujian pada prestasi salah seorang anak, kadang dimaknai pilih kasih oleh anak yang lain, apalagi kalau anak yg sensi itu belum memperlihatkan prestasi akademik/bakat yg menonjol yg dapat membanggakan orangtua. Hal inilah yg dialami tokoh utama cerita, Taylor. Taylor merasa minder melihat kakaknya yg memiliki prestasi akademik gemilang juga melihat adeknya yg mewarisi bakat penari seperti ibunya sementara dia merasa tdk pandai dan tdk berbakat oleh karenanya muncullah sifat cemburu dalam dirinya terhadap kakak dan adiknya, dirinya merasa tidak diperlakukan sama karena tidak berprestasi atau berbakat yang dapat membangakan ortunya.
Sebenarnya itu hanya perasaan si Taylor saja karena sebagai remaja wajarlah berperilaku sensi seperti itu. Karakter orangtua (ayah dan Ibu) digambarkan bijak. Setiap kali Taylor merajuk dan ingin melarikan diri dari rumah selalu saja ayahnya dapat menenangkannya. Hubungan Taylor dengan sang Ayah dilukiskan sangat dekat walaupun Taylor sendiri, karena kesulitan komunikasinya(juga social skill), tidak pernah mampu mengungkapkan kata sayang pada ayahnya.
Bagi saya alur novel ini diawal (ch1) cukup menarik dan memancing rasa ingin tahu, akan tetapi masuk ch2 samapi ch15-an alur cerita terkesan membosankan. Ch 24 till the end is the most exciting part.
Cerita utama dari second chance summer adalah sang Ayah yang terdiagnosa penyakit kanker dan divonis hanya dapat bertahan 3 atau 4 bulan saja, itulah sebabnya liburan "summer" ini mereka habiskan sebagai keluarga untuk berlibur di rumah musim panas mereka di dekat danau diluar kota.
Peristiwa liburan adalah kesempatan kedua bagi Taylor untuk membenahi hubungan persahabatan dengan teman2nya dan juga menikmati sisa2 hari bersama Ayahnya. Cerita tentang bagaimana Taylor membenahi persoalannya dengan sahabat2nya mengambil 50% isi cerita dan sisanya adalah tentang bagaimana Taylor berproses memahami kasih sayang dalam keluarganya. Proses yang dialami bagaikan metamorfosis dari ulat Taylor yang menjengkelkan menjadi kupu2 yang indah. Taylor yang dewasa dan berani menghadapi persoalan tanpa harus melarikan diri.
Taylor yang cengeng dan suka merajuk akhirnya menjadi taylor yang bijak dengan kesadaran untuk menghargai/mensyukuri segala keberadaanya, dengan sedih Taylor mengakui :
“A thousand moments that I had just taken for granted- mostly because I had assumed that there would be a thousand more.”
Haru biru cerita juga merupakan bumbu yang membuat novel ini menarik yakni tentang bagaimana Taylor memberikan kesan terakhir ungkapan kasih sekaligus ungkapan selamat jalan pada sang Ayah tercinta.
Salah satu scene pada saat-saat terakhir taylor bersama sang ayah yang dapat membuat pembaca berkaca-kaca :
“Daddy," I whispered, feeling my own breath hitch in my throat. "I love you."
Just when I was sure he was asleep, the one corner of his mouth lifted in a smile. "I knew that," he murmured. "Always knew that.”
Pesan yang kuat dari NOvel ini adalah:
Sangat penting membangun komunikasi diantara anak dan orang tua.
Support (kasih sayang) orang tua pada remaja sangat dibutuhkan agar anak2 bisa percaya diri dan bertumbuh dewasa.
Percaya diri remaja adalah awal dari kemampuan mereka untuk menjadi dewasa dan mampu memecahkan masalah mereka dengan bijak sana.
sorry jika ada spoiler
PS: Thanks Rahma for picking this piece :)
View all my reviews
My rating: 4 of 5 stars
Membaca buku ini karena salah seorang siswa saya menyarankannya sebagai bacaan liburan akhir tahun. :) it's a fun happy reading
Second Chance Summer :
Adalah Novel remaja tentang pergelutan mereka mencari jati diri. Tentang bagaimana remaja melihat kasih sayang orang tuanya kepada mereka. Bahwa dari sudut pandang orang tua sebenarnya tidak ada maksud untuk membeda-bedakan anaknya, semua diperlakukan dengan kasih sayang yang sama, akan tetapi hal ini tdk berarti bahwa persepsi orang tua sama dengan persepsi yang dirasakan sang anak.
Remaja berperasaan sensitif sehingga satu kalimat pujian pada prestasi salah seorang anak, kadang dimaknai pilih kasih oleh anak yang lain, apalagi kalau anak yg sensi itu belum memperlihatkan prestasi akademik/bakat yg menonjol yg dapat membanggakan orangtua. Hal inilah yg dialami tokoh utama cerita, Taylor. Taylor merasa minder melihat kakaknya yg memiliki prestasi akademik gemilang juga melihat adeknya yg mewarisi bakat penari seperti ibunya sementara dia merasa tdk pandai dan tdk berbakat oleh karenanya muncullah sifat cemburu dalam dirinya terhadap kakak dan adiknya, dirinya merasa tidak diperlakukan sama karena tidak berprestasi atau berbakat yang dapat membangakan ortunya.
Sebenarnya itu hanya perasaan si Taylor saja karena sebagai remaja wajarlah berperilaku sensi seperti itu. Karakter orangtua (ayah dan Ibu) digambarkan bijak. Setiap kali Taylor merajuk dan ingin melarikan diri dari rumah selalu saja ayahnya dapat menenangkannya. Hubungan Taylor dengan sang Ayah dilukiskan sangat dekat walaupun Taylor sendiri, karena kesulitan komunikasinya(juga social skill), tidak pernah mampu mengungkapkan kata sayang pada ayahnya.
Bagi saya alur novel ini diawal (ch1) cukup menarik dan memancing rasa ingin tahu, akan tetapi masuk ch2 samapi ch15-an alur cerita terkesan membosankan. Ch 24 till the end is the most exciting part.
Cerita utama dari second chance summer adalah sang Ayah yang terdiagnosa penyakit kanker dan divonis hanya dapat bertahan 3 atau 4 bulan saja, itulah sebabnya liburan "summer" ini mereka habiskan sebagai keluarga untuk berlibur di rumah musim panas mereka di dekat danau diluar kota.
Peristiwa liburan adalah kesempatan kedua bagi Taylor untuk membenahi hubungan persahabatan dengan teman2nya dan juga menikmati sisa2 hari bersama Ayahnya. Cerita tentang bagaimana Taylor membenahi persoalannya dengan sahabat2nya mengambil 50% isi cerita dan sisanya adalah tentang bagaimana Taylor berproses memahami kasih sayang dalam keluarganya. Proses yang dialami bagaikan metamorfosis dari ulat Taylor yang menjengkelkan menjadi kupu2 yang indah. Taylor yang dewasa dan berani menghadapi persoalan tanpa harus melarikan diri.
Taylor yang cengeng dan suka merajuk akhirnya menjadi taylor yang bijak dengan kesadaran untuk menghargai/mensyukuri segala keberadaanya, dengan sedih Taylor mengakui :
“A thousand moments that I had just taken for granted- mostly because I had assumed that there would be a thousand more.”
Haru biru cerita juga merupakan bumbu yang membuat novel ini menarik yakni tentang bagaimana Taylor memberikan kesan terakhir ungkapan kasih sekaligus ungkapan selamat jalan pada sang Ayah tercinta.
Salah satu scene pada saat-saat terakhir taylor bersama sang ayah yang dapat membuat pembaca berkaca-kaca :
“Daddy," I whispered, feeling my own breath hitch in my throat. "I love you."
Just when I was sure he was asleep, the one corner of his mouth lifted in a smile. "I knew that," he murmured. "Always knew that.”
Pesan yang kuat dari NOvel ini adalah:
Sangat penting membangun komunikasi diantara anak dan orang tua.
Support (kasih sayang) orang tua pada remaja sangat dibutuhkan agar anak2 bisa percaya diri dan bertumbuh dewasa.
Percaya diri remaja adalah awal dari kemampuan mereka untuk menjadi dewasa dan mampu memecahkan masalah mereka dengan bijak sana.
sorry jika ada spoiler
PS: Thanks Rahma for picking this piece :)
View all my reviews
Posting Komentar untuk "Review Second Chance Summer (bacaan santai libur akhir tahun 2019)"